Livestockreview.com, Tokoh. Selama tinggal di Aceh, Pemilik Gerai Rumah Makan Ayam Lepaas, Suparno sudah menjadi pengungsi hingga dua kali yakni tahun 1990 dan 1998. “Pada konflik tahun 1998, saya pilih menetap di Aceh, sementara orang tua mengungsi ke Binjai, Medan. Saya bertahan karena mau kuliah,” jelas lulusan Teknik Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ini.Bersama tujuh orang temannya, dia membuka usaha les privat sempoa pada tahun 2001. Dengan modal Rp 500.000 usaha itu berhasil menggaet sekitar 1.500 siswa. Namun karena berselisih dengan rekannya, Suparno lantas meninggalkan usaha les privat itu pada tahun 2003.
Suparno banting setir jadi agen asuransi. Profesi itu dilakoninya selama dua tahun. Setelah itu, Suparno mendirikan sebuah koperasi. Tahun 2004 hingga 2005 di Aceh masih berstatus darurat militer serta kondisi konflik yang mengakibatkan ekonomi Aceh terpuruk. Tapi, kondisi tersebut malah jadi berkah. “Saya memilih mendirikan koperasi simpan pinjam untuk menggerakkan ekonomi,” kata Suparno.
Tahun 2006, Suparno pun mulai menyusun segala dokumen untuk mendirikan koperasi. Ketika dokumen siap, tsunami melanda Aceh. Rencana batal karena semua warga disibukkan dengan pemulihan Aceh. Tapi tak disangka, tetap ada orang yang mau memodali Suparno sebesar Rp 2 miliar untuk mendirikan koperasi. Suparno memiliki 2.000 nasabah, namun 95% dari pinjaman nasabah tergolong kredit macet.
Meski demikian, dia tidak putus asa dan mencoba menjalankan bisnis lain. Dia pun ikut waralaba rumah makan ayam bakar dengan modal Rp 50 juta. “Usaha ini cukup berhasil. Saya coba membuka usaha serupa dengan nama sendiri. Modal yang saya siapkan Rp 500 juta untuk membangun dua rumah makan,” kenang dia.
Eh, sebelum rumah makan terwujud, uang itu lenyap gara-gara ditipu temannya. “Saya stres luar biasa, butuh enam bulan untuk bangkit,” ujarnya. Bagaimana cara dia bangkit? (BERSAMBUNG)
follow our twitter: @livestockreview
sumber: k0nt4n | editor:sugiyono